Sabtu, 16 Oktober 2010

Font dan hubungannya pada pemanasan atau go Green

font dan hubungannya pada pemanasan atau go Green
Penggunaan font yang berbeda-beda saat kita membuat suatu materi yang akan kita print. Misal kita menggunakan font yang tulisannya besar seperti “Blackoak Std” jika kita menggunakan font yang ukurannya besar maka kertas atau tinta yang kita perlukan pun semakin banyak , jadi penggunaan font bisa berdampak pada pemanasan global. Kenapa ? karena jika kita menggunakan kertas berlebihan , berarti kita tidak mendukung gerakan Go Green yaitu “hemat kertas “ kertas berasal dari pohon. Jadi semakin banyak kertas yang digunakan maka semakin banyak pohon yang di tebang untuk membuat kertas. Kalau kita ingin merawat bumi kita ini mulailah dari berhemat memakai tinta dan kertas…..

Salah satu cara untuk menggunakan penggunaan kertas

Salah satu cara untuk menggunakan penggunaan kertas:
penggunaan kertas tampaknya tak dapat dipisahkan dari kebutuhan sehari-hari. Misalnya untuk membuat laporan kepada atasan, mempersiapkan materi pertemuan dan rapat mingguan di kantor. Salah satu upaya yang bisa Anda lakukan secara individual adalah memiliki terlebih dahulu kesadaran untuk berhemat menggunakan kertas. Bila tidak perlu mencetaknya di atas kertas, lebih baik tidak usah. Gunakan saja kertas bekas yang sudah tak terpakai lagi untuk Anda gunakan.

Usahakan agar Anda mempersiapkan terlebih dahulu materi presentasi yang Anda perlukan sebagai draft agar tak perlu mengulang kesalahan yang mengakibatkan terbuangnya kertas secara percuma. Pilah dulu pekerjaan apa saja yang memerlukan kertas dan yang tidak.

Nuklir menjadi salah satu mengurangi pemanasan global

reaktor nuklir yang menghasilkan zat radioaktif menyebabkan 2 radiasi:
1. Radiasi Langsung. Radioaktif langsung dipancarkan mengenai kulit/tubuh manusia.
2. Radiasi tak langsung. Terjadi lewat makanan dan minuman yg kena ge. radioaktif melalui udara, air, dll.
Keduanya akan menyebabkan : dapat mengubah fungsi sel bahkan membunuhnya. Terjadi penggandaan sel lalu menimbulkan kanker. Kerusakan pd sel telur dan testis dan akhirnya jadilah bayi2 yg lahir tdk normal. Selain itu juga dapat merusak lingkungan di sekitar kita. Hal itu menyebabkan terjadinya pemanasan global di bumi kita ini.

Penggunan tisu dan saputangan yang mendukung GO GREEN

a.) TISUE
penggunaan tisu sangat berpengaruh terhadap pemanasan global. Setiap tahunnya diproduksi jutaan ton tisu untuk kebutuhan kita sehari-hari. Bahan tisu sendiri adalah dari bubur kertas yang dihasilkan oleh kayu akasia dan eucalyptus. Bubur kertas ini telah berperan besar dalam membabat habis hutan tropis untuk digantikan menjadi kebun kayu akasia dan eucalyptus. Dampaknya bukan saja menghilangkan keanekaragaman hayati, tap juga menimbulkan efek pemanasan global. Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita harus mencoba mengurangi penggunaan tisu dan berhematlah dalam pemakaiannya.
b.) Sapu Tangan
penggunaan tisu memang sangat berdampak pada pemanasan global. Jadi langakah yang dapat kita lakukan adalah dengan mengurangi pemakaian tisu, dengan menggantinya dengan memakai sapu tangan. Kenapa …?? Karena kalau kita menggunakan sapu tangan kita bisa memakainya berulang kali sedangkan jika kita memakai tisu, tisu itu tidak akan bisa dipakai jika sudah digunakan. Jadi mari belajar menggunakan saputangan dan mengurangi pemakaian tisu.
) Dampak SPAM terhadap pemanasan global
Seperti kita ketahui, di internet banyak terdapat SPAM. SPAM itu tidak hanya bisa berdampak positif , tetapi juga bisa berdampak negatif. Dampak positifnya adalah dapat menambah wawasan kita tentang internet, dan lain sebagainya. Dampak negatifnya adalah , SPAM-SPAM yang ada di internet tersebut banyak yang berisi virus, nah ketika kita mengklik iklan tersebut secara otomatis komputer kita akan terinfeksi virus. Karena komputer kita terinfeksi virus, maka daya listrik yang digunakan semakin besar. Hal ini menyebabkan ternyadinya pemanasan global. Jadi jangan sembarangan membuka SPAM yang belum jelas tentang isinya.

Penyakit akibat global warming
obsoletus dan C. pulicaris, hanya terjadi di area-area yang secara nyata
mengalami pemanasan suhu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
langsung antara kemunculan bluetongue di Eropa dengan global warming.
Bukti kedua. Adanya keterlibatan global warming terhadap punahnya 67%
dari sekitar 110 spesies katak Atelopus sp. dari pegunungan Costa Rica
akibat infeksi fungi patogen Batrachochytrium dendrobatidis sekitar 20 tahun
lalu. Atelopus sp merupakan spesies katak endemis di wilayah tropis benua
Amerika. Analisa hubungan periode kepunahan terhadap perubahan level
permukaan laut dan suhu udara menunjukkan bahwa pemanasan global telah
menyebabkan suhu lingkungan pada sebagian besar pegununganpegunungan
di wilayah Amerika Selatan dan Tengah bergerak mendekati
suhu optimum pertumbuhan fungi pathogen B. dendrobatidis sehingga
menyebabkan wabah dan mengakibatkan punahnya sebagian spesies

Jumat, 15 Oktober 2010

Langkah Go Green

Seringkali kita mendengar istilah Go Green, namun sudahkah anda memahami apa yang dimaksud dengan ungkapan Go Green tersebut?
Ungkapan GO GREEN adalah sebuah gerakan perubahan gaya hidup yang bebas dari penggunaan bahan bakar fosil dan polutan lain yang merugikan lingkungan.
Gerakan ini dianggap sebagai solusi ideal yang dapat kita lakukan saat ini. Gerakan Go Green melibatkan perubahan sederhana dalam kehidupan masyarakat dan berkembang menyesuaikan diri dari waktu ke waktu.
Saat ini lambat laun, orang-orang mulai membuat perubahan yang lebih dan lebih, mereka telah melihat mereka benar-benar mengkonsumsi tenaga yang ramah lingkungan yang mengakibatkan limbah berkurang, dan bisa mendapatkan manfaat tambahan uang akibat menabung sebagai manfaat dari melakukannya perubahan tersebut. Karena biasanya tindakan Go Green juga merupakan kegiatan yang hemat namun efektif.
Nah, langkah yang bisa kita ambil untuk GO GREEN? Banyak sekali, seperti :
1. Tidak membuang sampah sembarang tempat
2. Penggunaan air bersih seperlunya
3. Pemakaian detergen yang ramah lingkungan
4. Tidak buang air besar/kecil di sungai atau kali
5. Tanamlah minimal satu pohon untuk setiap orang
6. Gunakan kertas secara maksimal dengan cara memanfaatkan kedua sisinya pemakaian listrik seefisien mungkin
7. Penggunaan transportasi massal seperti busway sangat dianjurkan
8. Menggunakan transportasi yang bebas emisi gas seperti motor listrik dan sepeda
9. Jangan merokok, selain berguna untuk kesehatan juga mengurangi emisi gas di udara
10. Memilah sampah, daur ulang yang dapat dimanfaatkan kembali
11. Membuat botol penyiram otomatis, jadi tidak membiarkan air terbuang sia-sia
12. Menggunakan air keluaran AC, sehingga bisa hemat.
13. Mandi yang hemat dengan ala koboi.
14. Menghemat air dan sabun saat cuci tangan.
15. Kampanye jalan kaki dan naik sepeda.
16. Menggunakan dua sisi kertas, jadi tidak langsung membuangnya.
17. Penggunaan ATM/online ketimbang pencairan pakai kertas kuitansi.
18. Penggunaan LCD lebih hemat dari CRT.
19. Melakukan pengomposan di rumah.
20. Olahraga di rumah ketimbang ke tempat fitness
21. Daur ulang sampah.
22. Pengaturan penggunaan AC dan kipas angin.
23. Membaca berita online untuk menghemat kertas, jangan lupa bookmarks http://blh.semarangkab.go.id

Minggu, 10 Oktober 2010

PEMANFAATAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Majunya teknologi informasi merupakan suatu perkembangan yang memberikan akses terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dunia informasi menjadi salah satu wilayah yang berkembang pesat dan banyak mempengaruhi peradaban masyarakat. Radio, Televisi, DVD, VCD merupakan salah satu perangkat elektronik yang menjadi bagian dari perabot rumahtangga. Selain berfungsi informatif, media teknologi tersebut merupakan salah satu media entertainment yang memberikan pilihan hiburan menyegarkan.

Akibat kemajuan media teknologi informasi, kehidupan masyarakat memasuki zone rekreatif (hiburan). Tidak dapat dibayangkan, ketika media televisi telah menjadi salah satu media yang menyediakan diri selama 24 jam untuk memberikan hiburan di tengah-tengah keluarga. Setiap sajian acara yang ditayangkan, senantiasa dikemas dalam unsur hiburan. Bukan hanya tayangan sinetron, iklan, bahkan pemberitaan (news) tak lepas dari unsur hiburan. Bagaimana berita kriminal dan mistik menjadi salah satu tayangan di berbagai stasiun televisi yang mampu menghipnotis pemirsa untuk tetap bertahan di hadapan layar televisi.

Hadirnya teknologi media audiovisual, telah menciptakan budaya masyarakat rekreatif dan konsumtif. Masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menghibur diri dan membuang kesumpekan hidup yang makin menjepit.

Kondisi perubahan peradaban tersebut, telah pula menjadi pemicu terhadap upaya perubahan sisitem pembelajaran di sekolah. Upaya untuk melepaskan diri dari kungkungan pembelajaran konvensional yang memaksa anak untuk mengikuti pembelajran yang tidak menarik, dan membosankan, sehingga meminjam ungkapan Faulo Fraire, sekolah tak lebih merupakan bangunan tembok penjara yang menghukum penghuninya untuk mengikuti (memaksa) menerima segenap ajaran yang berkubang di dalamnya.

Neil Postman, salah satu filosof dan pakar pendidikan semakin mencemaskan terhadap kehidupan lembaga persekolahan yang semakin teralineasi dari kultur masyrakat yang kian dinamis, sehingga sampai pada taraf asumtif, matinya nilai-nilai pendidikan.

Kondisi sekolah, senantiasa dituntut untuk terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sehingga sekolah yang tetap berkutat pada instruksional kurikul;um hanya akan membuat peserta didik gagap meliohat realitas yang mengepungnya.

Kehadiran teknologi multimedia, bukan lagi menjadi barang mewah, karena harganya bisa dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat untuk memiliki dan menikmatinya. Artinya, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk memiliki teknologi tersebut sehingga bisa menjadikannya sebagai media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan mampu mengembangkan kecakapan personal secara optimal, baik kecakapan, kognitif, afektif, psikomotrik, emosional dan spiritualnya. Hal ini amat memungkinkan, ketika ruang belajar di luar gedung sekolah, telah menghasilkan berbagai produk audiovisual yang bernilai- edukatif, mulai dari mata pelajaran yang yang disajiukan dalam bentuk quiz, ataupun dalam bentuk penceritaan dan berbagai permainan yang memukau.

Salah satu sekolah menengah di Jember (SMAN 2) beberapa waktu lalu, telah mempublikasikan diri sebagai salah satu sekolah yang memakai perangkat multimedia untuk pembelajaran. Setiap guru wajib membuat media pembelajaran dengan teknologi multimedia dan menayangkannya (mempergunakan) dalam pembelajaran. Sungguh sangat menarik, dengan peralatan handycam, dan komputer (PC), seorang guru membuat media pembelajaran audiovisual yang akan memancing minat siswa untuk belajar dan tertarik untuk mengembangkan pengetahuannya. Kondisi yang membuat iri, berbagai sekolah untuk memiliki perangkat pembelajaran semacam itu. Bahkan, sudah waktunya pula apabila sekolah memanfaatkan situs-situs pengetahuan di dunia cyber untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Benarkah pemanfaatan teknologi multimedia akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik? Bagaimana seharusnya menyiapkan perangkat pemb
elajaran multimedia sehinggga menjadi tayangan yang menarik, dan efektif dalam pemanfaatannya untuk mengembangkan kemampuan siswa?

Ada sesuatu yang ganjil dalam pemakaian teknologi multimedia yang dipergunakan di SMA 2 Jember dalam pemberiataan jawa pos (maret, 2004), diantaranya pembelajaran agama, dengan menyagankan guru agama yang tengah berceramah. Pembelajaran matematika dengan mempergunakan CD dan hanya berisi berbagai keterangan (tulisan) yang berhubungan dengan pembelajaran. Atau di tempat lain, seorang guru menayangkan pembelajaran mempergunakan VCD yang berdurasi selama 90 menit (2 jam pelajaran) dari awal sampai tayangan berakhir siswa hanya diajak untuk menonton, tanpa ada sesuatu yang bisa mengukur pemahaman siswa terhadap apa yang diatayangkan. Contoh tersebut merupakan salah satu bentuk pemanfaatan media audiovisual yang diarasakan kurang efektif. Karena bila kita menengok pada ceramah agama di berbagai stasiun televisi sudah dikemas sedemikian menghibur dan mampu menarik minat pemirsa untuk saling berinteraksi. Artinya, sebelum media teknologi tersebut dipergunakan, terlebih dahyulku dikenali karakteristik dari tiap media, sehingga bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien

Dr.Vernom A.Magnesen (1983) menyatakan kita belajar, "10% dari apa yang dibaca; 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan dengar, 70% dari apa yang dikatakan, 90% dari apa yang dilakukan"

Berpijak kepada konsep Vernom, bahwa pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audiovisual akan meningkatkan kemamp[uan belajarn sebesar 50%, daripada dengan tanpa mempergunakan media. Namun dengan melihat pada realitas yang ditemukan pada proses pembelajaran tersebut, maka pencapaian belajar secara efektif akan dicapai apabila:

(1) Guru mengenal keunggulan dan kelemahan dari setiap media teknologi yang dipergunakan. Penggunaan teknologi auditif bukan berarti lebih buruk daripada media audiovisual, karena ada beberapa materi pembelajaran yang akan lebih baik ditayangkan dengan mempergunakan teknologi auditif untuk merangsang imajinasi siswa, dan melatih kepekaan pendengaran

(2) Menentukan pilihan materi yang akan ditayangkan, apakah sesuai dengan penggunaan media auditif, visual, atau audiovisual. Misalnya untuk melatih kepekaan siswa dalam memahami percakapan bahasa inggris, akan lebih baik kalau dipergunakan media auditif, sementara untuk mengetahui ragam budaya masyarakat berbagai bangsa tentu lebih relevan dengan mempergunakan tayangan audiovisual.

(3) Menyiapkan skenario tayangan, tentu berbeda dengan satuan pelajaran, karena disini menyangkut terhadap model tayangan yang akan disajikan sehingga menjadi menarik, nantinya akan mampu mengembangkan berbagai aspek kemampuan (potensi) dalam diri siswa.. Tidak kalah pentingnya, adalah bagaimana membuat anak tetap fokus kepada tayangan yang disajikan, dan mengukur apa yang telah dilakukan siswa dengan

(4) menyiapkan lembar tugas atau quiz yang harus dikerjakan siswa ketika menyaksikan tayangan pembelajaran

*****

Upaya membuat anak betah belajar disekolah dengan memanfaatkan teknologi multimedia, merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru mengkooptasi kemampuan atau potensi dalam diri siswa. Untuk itu, peran serta masyarakat dan orangtua , komite sekolah merupakan partner yang dapat merencanakan dan memajukan sekolah.

Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia pendidikan (persekolahan) sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu berinteraksi ke tanmgah-tengah masyarakatnya. Lulusan sekolah yang mampu menjadi bagian intergaral peradaban masyarakatnya. Suatu keinginan yang tidak mudah, apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk melakukan perubahan. Sejarah persekolahan di indonesia telah mencatat, bahwa upaya-upaya perubahan yang dilakukan pemerintah untuk melakukan pengembangan terhadap kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, juiga pengembangan terhadap berbagai metode dan proses pembelajaran yang menarik untuk memancing dan memicu perkembangan kreatif siswa pada akhirnya kermbali kepada titik awal; betapa sulitnya perubahan itu?

Setidaknya dengan akan diberlakukannya kurikulum 2004 (KBK), pembelajaran di sekolah akan menjadi sangat variatif, rekreatif, dan tentu kontekstual. Jika murid tidak mampu bukan sepenuhnya kesalahan murid, tetapi bisa jadi kesalahan kolektif pihak sekolah yang kurang kondusif. Nyatanya, bila melihat dari faktor usia, siswa memiliki peluang besar untuk mengikuti perubahan yang ada, sementara kata orang bijak justru guru yang paling sulit berubah, karena faktor usia yang merasa lebih tua dan lebih tahu.

Teknologi telah hadir di hadapan kita, bagaimana kita memanfaatkannya secara optimal untuk nenajukan dunia pendidikan (bukan pendudukan) yang kita dicintai bersama. Tentunya semua itu amat bergantung kepada dana dan sumber daya, dan penghargaan terhadap manusianya.